Minggu, 13 Januari 2013

Kosti Banyumas Hijaukan Gunung Tugel



Kondisi lingkungan di Purwokerto yang dinilai semakin hari kian panas dan gersang, menjadi alasan utama Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) Banyumas mengadakan aksi peduli lingkungan, Bakti Penghiajauan KOSTI Banyumas, di kawasan gunung tugel, Minggu (13/1) pagi. Menurut Adhi Suroso, Ketua Kosti Banyumas, kegiatan penanapam pohon di lahan milik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto di kawasan Gunung Tugel ini, sejalan dengan gerakan penanaman 1 Milyar pohon yang dicanangkan pemerintah sejak beberapa waktu lalu. "Selama ini Kosti memang konsen adakan berbagai kegiatan sosial masyarakat. Namun gerakan penanaman pohon semacam ini, baru pertama kalinya diadakan Kosti Banyumas," kata Adhi, Minggu (13/1) di sela-sela penanaman pohon bersama ratusan anggota komunitas sepeda tua Banyumas dan sejumlah elemen lain seperti UPT Unsoed, Dinas Pertanian, Perkebunan dan kehutanan (Dipertanbunhut) Banyumas.

Dipilihnya penanaman empat ribu bibit pohon hasil sumbangan Dipertanbunhut dan beberapa perusahaan penyedia bibit pohon ini, menurut Suroso karena dataran tinggi Gunung Tugel lokasi penanaman tersebut sudah sejak dulu menjadi langganan daerah kekeringan karena gersang dan tandus. Terlebih dengan adanya pembangunan jalan tembus didaerah itu, menjadikan kawasan tempat pembuangan akhir Purwokerto ini makin gersang. "Harapannya penanaman pohon ini kelak bisa mengembalikan kawasan ini dan sekitarnya kembali hijau seperti dulu," ujar Adhi.

Berbagai jenis tanaman keras ditanam di lahan milik Unsoed seluas 24 hektar itu. Menurut Muhammadiyah, pengurus dan anggota Kosti Banyumas, terdiri dari Mahoni, Jati, Kalba dan berbagai tanaman keras lainnya. "Mungkin kita tidak akan sempat merasakan manfaat dari pohon-pohon yang kita tanam hari ini. Tetapi setidaknya kita sudah berbuat untuk hijaunya alam pada kehidupan anak-anak cucu kita kelak," ujar Muhammadiyah.

Ketua UPT Unsoed, Darsono, merasa sangat berterimakasih kepada seluruh Onthelis (penghoby sepeda Onthel, Red) di KOSTI Banyumas yang sudah berperan aktif dalam upaya penyelamatan lingkungan melalui gerakan penanaman pohon ini. "Gerakan penghijauan ini menjadi bukti, peran serta masyarakat tidak bisa di abaikan dalam menyukseskan program pemerintah, penanaman semilyar pohon. Kami sangat mengapresiasi Kosti, yang tidak hanya sekedar menyumbangkan ribuan pohon, tetapi juga aktif dalam penanaman dan perawatan hingga memastikan keberlangsungan proses pelestarian lingkungan," ujar Darsono.

Dengan format acara yang santai dan diawali dengan ngonthel bareng menuju lokasi penanaman, agenda Bakti Penghijauan itu menjadi begitu mengasyikkan. Wartono, seorang Onthelis komunitas Orajaman (Onthel Rakyat Jelata Mandiri) Ajibarang, mengaku senang dengan kegiatan penghijauan ini. Kakek setengah abad ini, berharap tanaman yang ditanam teman-teman Onthelisnya hari ini, kelak akan bermanfaat bagi generasi penerus nanti. "Semoga apa yang kita tanam hari ini, akan berbuah manis di masa yang akan datang," kata Wartono.

Tradisi Fangshen di Banyumas


Pelepasan binatang yang mewakili tiga alam, yakni darat, air dan udara menjadi tradisi bagi masyarakt tionghoa sejak ribuan tahun lalu. Tradisi itu disebut Fangshen, yakni pelepasan makhluk hidup demi tercapainya kebahagiaan makhluk tersebut. Pada sembahyang Fangshen di tempat ibadah Tri Dharma, Boen Tek Bio Banyumas, Minggu (13/1) siang, ratusan binatang seperti burung pipit dan burung dara, kelinci, ikan lele dan kura-kura yang dibeli oleh jemaat, dilepaskan lagi secara bersamaan dengan tujuan untuk menebarkan cinta kasih (metta) kepada sesama makhluk hidup.

Karena menurut Sobita Nanda, Humas Boen Tek Bio, dengan membuat makhluk lain bahagia maka kita akan merasakan juga kebahagiaan itu. Sebelum dilepaskan, ratusan hewan yang mewakili tiga alam itu dimasukkan ke dalam beberapa kandang lalu diperciki dengan air suci. Kemudian umat Tridharma menggelar sembahyang di hadapan altar Thian dan para suci di Aula Serbaguna, supaya doa dan harapan mereka dapat dikabulkan. "Tradisi Fangshen ini sudah mulai dilakukan sejak 20 tahun terakhir di Boen Tek Bio Banyumas. Tahun ini, sembahyang fangshen diikuti lebih dari 50 umat dari Banyumas dan ada pula yang sengaja datang dari luar pulau," ujar Sobita, Minggu (13/1).

Dalam pelaksanaan Fangshen kali ini, ratusan burung pipit dan burung dara dilepaskan di halaman kelenteng. Sementara puluhan Kura-kura dan ikan lele, dilepas di Sungai Serayu. Sementara kelinci, dilepas di Bumi Perkemahan Kendalisada, Kalibagor Banyumas. "Hewan-hewan yang tadi dilepas itu harapannya akan menjadi pembuka jalan hidup di ketiga alam, yakni air, darat dan udara. Pelepasan burung untuk terbang bebas di alam lagi menjadi perlambang kebebasan. Sementara dengan melepaskan ikan lele dan kura-kura, kita berharap mendapat kekuatan hidup dan umur yang panjang. Sedangkan pelepasan Kelinci sebagai perlambang kemakmuran," kata Sobita.

Di daratan Tiongkok, menurut Sobita tradisi Fangshen ini sudah menjadi tradisi sejak ribuan tahun. Sementara di Kelenteng Boen Tek Bio, terjadi sedikit perbedaan karena akulturasi dengan budaya kejawen yang berkembang di tanah Jawa. Sebetulnya di begeri asalnya pelaksaaan Fangshen hanya ditandai dengan melepasa satu jenis hewan saja. Sementara di Boen Tek Bio, ada tiga jenis hewan yang dilepas untuk mewakili tiga unsur alam. "Umat berharap amal ibadahnya akan lebih dapat didengar oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa, Red) dan para suci. Sehingga permohonan ini dapat lebih cepat dikabulkan," ujarnya.

Melalui Fangshen ini, doa yang dibarengi dengan kebajikan dengan pembebasan hewan ini, segala keinginan yang dimohonkan pada-Nya akan segera terkabulkan. "Dalam Fangshen kali ini, kita memohonkan supaya semua umat lintas agama di banyumas menjadi lebih guyub rukun," kata Sobita yang sangat bersyukur, meski masih dalam suasana prihatin setelah tertimpa bencana kebakaran beberapa waktu lalu, Fangshen kali ini tetap ramai yang berkeinginan berbagi kasih dan kebajikan dengan saudara-saudara seiman di Boen Tek Bio Banyumas.

Jangan Takut Menjadi Tua

Menjadi tua itu pasti
Menjadi tua bukan berarti tak bisa bahagia. Demikian pernyataan singkat yang diungkapkan Yulianto, Ketua Paguyuban Senja Indah (PSI) Purwokerto saat arisan rutin perkumpulan ratusan para manula Purwokerto, di Furama, Minggu (13/1) malam.

Diakui Yulianto, menjadi tua, tak mampu berbuat apa-apa dan tak berguna, menjadi ketakutan bagi sebagian besar orang. Memasuki usia senjad bisa menjadi begitu menakutkan. Meskipun tak seorang pun mampu menghindari usia yang terus bertambah diikuti kemampuan fisik yang menurun drastis ini.

Dalam arisan PSI Purwokerto bersamaan dengan perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-21 paguyuban yang sudah ada sejak 1 Januari 1992 ini, terpancar kehangatan dalam kebersamaan diantara anggota perkumpulan yang beraggotakan 140 an orang itu. Semangat yang tinggi begitu terlihat, meski tidak sedikit pula yang terpaksa harus berhenti hingga empat kali karena kelelahan akibat usianya ketika menaiki tangga menuju Hall tempat perayaan HUT itu. Selain arisan rutin bulanan dan perayaan HUT paguyuban, menurut Yulianto, PSI juga akan berikan penghargaan kepada perwakilan keluarga sesepuh paguyuban yang sudah lebih dulu dipanggil sang pencipta. "Kita berikan penghargaan kepada perwakilan keluarga Teguh Lukito, Seri Dentasari Singgih, Elisabeth Tan Lian Tje yang telah memrakarsai terbentuknya paguyuban ini," kata Yulianto.

Berkat gagasan ketiganya waktu itu membentuk sebuah wadah bagi rekan-rekannya yang berusia senja atau pensiunan supaya dapat berkumpul secara rutin menggalang persaudaraan, persahabatan serta guyub rukun, menurut Yulianto benar-benar briliant. Ini sesuai sekali dengan apa yang disarankan seorang psiokolog Universitas Indonesia, Wahyu Indianti. Berdasarkan sumber itu, Yulianto mengetahui bahwa secara psikologis kaum manula memang disarankan bergabung atau membentuk komunitas yang beranggotakan orang-orang sebaya. Karena dengan begitu, orang-orang berusia diatas setengah abad ini menjadi berkegiatan positif, menambah teman, dan jadi ajang sosialisasi dengan orang seusianya.

Menurut Yulianto, berdasarkan pengalaman beberapa rekannya, seorang pensiunan atau berusia senja, harus menyadari bahwa dirinya tidak bisa selamanya berharap perhatian dari anak-anaknya. Sebab anak-anak mereka mempunyai kehidupan dan kesibukan sendiri dalam hidupnya. "Kalau orang-orang seperti kita ini kesibukannya sekarang kami sebut 'Ternak Ricu' yakni Anter anak, istri dan cucu. Demikianlah problematika yang dihadapi di usia senja," kata Yulianto.

Memunyai ratusan teman sebaya, membuat masa tua menjadi sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan untuk dilalui. "Saya dan teman-teman di PSI selalu berusaha menjalani usia senja yang enjoy dengan beragam kegiatan yang sesuai dengan usia dan kemampuan kami," kata Lisa Tjaturwiyati, Sekretaris PSI Purwokerto.

Menurut Lisa yang sudah enam tahun terakhir aktif dalam berbagai kegiatan PSI Purwokerto ini, setiap agenda yang dirancang bagi anggota PSI selalu menarik dan menyenangkan. Selain bertemu teman, seringkali menjadi ajang share pengalaman dan berkonsultasi seputar kesehatan. Kebetulan, menurutnya ada beberapa anggota yang berprofesi sebagai dokter gigi, dokter umum aktif maupun pensiunan. "Anggota kita yang tertua ada yang kelahiran 1931 dan masih sangat enerjik dalam berbagai kegiatan. Untuk bisa bergabung, minimal berusia 50 tahun," ujar Lisa

Sebagai perempuan yang sudah berusia senja, Lisa hanya berpesan kepada siapapun yang akan segera memasuki paruh abad dalam hidupnya. Tetaplah bersyuku bahwa kita masih diberi usia menjalani hidup. Jangan takut menjadi tua, karena itu sesuatu yang pasti. "Dengan kegiatan kumpul-kumpul arisan yang diselipi hiburan dan senang-senang begini, kadang-kadang kita lupa usia. Tetapi kita selalu menjadi lebih bersyukur atas nikmat dari Tuhan, karena setiap pertemuan arisan kita selalu umumkan perayaan hari ulang tahun anggota maupun hari ulang tahun perkawinannya," kata Lisa.

Kamis, 09 Juni 2011

Aksi STAIN Purwokerto

Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto (9/6) melakukan aksi dengan keliling Kampus. Aksi menuntut kejelasan aturan dan jadwal Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dinilai tidak transparan.

1.827 orang pelanggar + saya = 1.828 orang pelanggar

Suasana Sidang tilang pelanggaran lalu lintas di PN Purwokerto Kamis (9/6) yang dihadiri oleh 1.828 orang pelanggar. Saya salah satunya.

Sabtu, 19 Februari 2011

Fixie

Sepeda Fixie termahal didunia
Beberapa waktu belakangan bersepeda menjadi gaya hidup baru untuk hampir semua kalangan.. Toko-toko sepeda pun gak pernah sepi pelanggan. Sepeda jadi laris manis bak  kacang goreng, bahkan ada yang kehabisan stok. Terutama untuk jenis sepeda Fixie. Sepeda ini identik dengan gaya minimalis dan gak ribet. Sepeda Fixie umumnya gak pake rem, pedal terus berputar selama roda mengelinding. Sepeda inilah yang  sedang tren dikalangan muda sampai pekerja. Sepeda fixie gak cuma sebagai alat transportasi, tapi juga untuk gaya hidup. Merakit sepeda Fixie boleh dibilang gampang gampang susah, urusan komponen banyak tersedia dan sebagian bisa aplikasi komponen sepeda balap.

Jumat, 18 Februari 2011

Aku ingin menikah


 Aku ingin menikah,, tapi...? mungkin itu kata yang terlintas disebagian orang yang belum siap menikah  (termasuk aku) dengan berbagai macam alasan,, belum siap lah ato penghasilan masih pas-pasan buat makan sendiri aja susah gimana buat kasih makan anak bini nanti.